Stand Up Comedy Membawa Pengaruh atau Sekadar Melucu?
Siapa yang tidak akrab dengan Stand Up Comedy? Semua orang tentu sudah akrab dengan kata tersebut. Sering mendengar, bahkan menyaksikan secara langsung maupun virtual. Bagi yang belum tau apa itu Stand Up Comedy ada baiknya mengetahui lebih dulu mengenai Sejarah Stand Up Comedy.
Stand Up Comedy merupakan acara komedi tunggal sebagai bentuk hiburan yang dilakukan oleh satu orang di atas panggung, di hadapan orang banyak. Orang yang membawakan Stand Up Comedy biasanya disebut Komika. Ketika menampilkan Stand Up Comedy di atas panggung, Komika akan membawakan materi mengenai suatu topik, isu ataupun permasalahan yang dikembangkan menjadi materi komedi. Durasi penampilan umumnya sekitar 10–45 menit.
Perlu diketahui, bahwasannya Stand Up Comedy adalah jenis lawakan yang berasal dari Amerika dan Inggris, berkembang sejak abad ke-18 hingga saat ini. Di Indonesia sendiri Stand Up Comedy awalnya tidak terlalu digemari, hanya segelintir orang yang tahu akan Stand Up Comedy. Ada perbedaan antara Stand Up Comedy di Indonesia dengan di Amerika dan Inggris yang disebabkan oleh perbedaan sosial budaya, sehingga banyak teori dan rumus Stand Up Comedy yang berlaku di luar negeri tidak diterapkan di Indonesia.
Di Amerika, materi Stand Up Comedy yang dibawakan Komika diangkat dari isu politik yang dibuat seolah-olah menyindir pemerintahannya. Para komika dalam menampilkan pertunjukan Stand Up Comedy terkadang juga menggunakan coretan-coretan di wajah sebagai atribut untuk mengejek orang afrika yang saat itu ada di Amerika, tetapi tidak ada yang mempermasalahkan isi materi Stand Up Comedy tersebut. Menurut merek, itu sekadar lawakan yang bertujuan untuk melucu, setelah lawakan selesai, apa yang menjadi bahan lawakan itu akan dilupakan.
Tetapi berbeda dengan di Indonesia, hal tersebut tidak bisa dilakukan dikarenakan ketika membicarakan suatu topik harus mempertimbangkan norma-norma yang berlaku di masyarakat, sehingga saat Komika membawakan materi tidak bisa dengan bebas dan leluasa dalam menyampaikan lawakannya. Adanya norma-norma yang harus ditaati tersebut, para Komika di Indonesia melalui Stand Up Comedy dalam menyampaikan materi tidak hanya bertujuan untuk melucu, tetapi juga bermaksud menyampaikan opini terkait isu-isu sosial dan keresahan yang dirasakan masyarakat, semua itu berasal dari apa yang dilihat dan terjadi di lingkungan Komika.
Pionir dalam perkembangan Stand Up Comedy di Indonesia bermula dari Warkop DKI yaitu Dono Kasino Indro. Mereka mengawali karirnya di radio serta panggung-panggung komedi sebelum melanjutkan karirnya di dunia perfilman. Meskipun Stand Up Comedy dilakukan oleh satu orang tunggal, Warkop DKI melakukannya dengan cara grup yaitu tiga orang. Ada pula Grup Cagur dan Trio Bajaj yang sama-sama beranggotakan tiga orang. Makin lama Stand Up Comedy di Indonesia mulai berkembang dengan didirikannya Comedy Café oleh Ramon Papana Tommybens pada tahun 1997. Tempat itu pula yang membawa kehadiran bagi lahirnya Komika baru di tanah air.
Iwel Sastra adalah seorang komika yang pertama kali tampil di layar kaca dalam acara Bincang Bintang tahun 2005. Tetapi kemunculan Stand Up Comedy di sini tidak berlangsung lama. Perkembangan Stand Up Comedy juga berasal dari adanya ajang-ajang Stand Up Comedy di televisi. Di mulai dari acara Stand Up Comedy Indonesia di Kompas TV, lalu di Metro TV yakni program Stand Up Comedy Show, dan Stand Up Comedy Academy di Indosiar.
Adanya acara-acara di televisi itulah yang turut mengembangkan Stand Up Comedy sehingga bisa dikenal dan digemari masyarakat Indonesia. Dari kompetisi-kompetisi tersebut, muncul beberapa komika yang sekarang terkenal seperti Raditya Dika, Ge Pamungkas, Ernest Prakasa, dan masih banyak lagi.
Seorang Komika dikatakan sukses menyampaikan Stand Up Comedy jika ia mampu meramu materi dengan baik dan bisa membuat lelucon yang mempengaruhi para penontonnya untuk tertawa dengan lawakannya. Humor dalam Stand Up Comedy diciptakan tidak hanya untuk menunjukan sisi humornya saja, tetapi juga bermaksud menyampaikan opini dari Komika tersebut, baik kritikan maupun sindiran, hal itu menjadi sesuatu yang wajar dalam Stand Up Comedy.
Materi yang dibawakan para komika tidak selalu berisi sesuatu yang memiliki manfaat, ada kalanya materi yang dibawakan tidak mengandung apapun, tetapi hanya mengedepankan rasa lucu. Maka dari itu, para penonton harus mampu bersikap dewasa dalam menanggapi wacana Stand Up Comedy yang dibawakan oleh seorang Komika. Terkhusus para kalangan muda yang harus mampu memilah dan memilih mana hal positif dan negatif dari Stand Up Comedy.
Jika dilihat dari sisi pengaruh positif, Stand Up Comedy membawa hal baik di mana anak muda mulai menunjukkan sisi kreatif dalam dirinya akibat dari tontonan yang disaksikannya. Materi dalam Stand Up Comedy ada kalanya mengandung wawasan bagi para penikmatnya, seperti materi yang dibawakan oleh Pandji mengenai fakta perilaku umat muslim di Indonesia serta sindirannya terhadap organisasi masyarakat berkedok agama, Ernest membawa pesan kehidupan etnis Cina yang ada di Indonesia, Mongol yang menyindir tentang etnis Batak ataupun di Indonesia timur dan Soleh Solihun tentang sindiranya terhadap homoseksual dan agama Kristen, dan masih banyak lagi. Dari materi-materi yang disampaikan tersebut, para kalangan mudah tidak hanya menonton tayangan yang mengandung unsur humor saja, tetapi juga mengandung unsur edukasi terkait wawasan di dalamnya.
Selain pengaruh positif, dalam setiap tontonan ada pula sisi negatifnya. Kalangan muda masih memiliki kematangan mental dan emosional yang belum stabil, sehingga perlu memilih hal baik dan hal buruk yang harus diambil. Tak jarang dalam Stand Up Comedy menghina diri sendiri dianggap lucu, para Komika senang menghina diri sendiri dan menjadikan aibnya sebagai bahan lawakan. Beberapa komika tak segan pula menjadikan Ibu, Ayah ataupun anggota keluarganya sebagai bahan candaan yang seharusnya tidak patut menjadi konsumsi publik. Bahasa yang digunakan dalam Stand Up Comedy cenderung bersifat tidak baku yang artinya para komika lebih bebas dalam mengungkapkan sesuatu bahkan dengan ungkapan kasar. Beberapa penonton yang sudah dewasa akan bisa memahami dan memaklumi, tetapi bagi kalangan muda yang masih memiliki emosi labil dan gemar meniru terhadap apa yang dilihat dan didengarnya, tentu akan membawa pengaruh negatif.
Akibatnya, anak muda akan ikut-ikutan menggunakan kata kasar dalam kehidupan sehati-harinya. Maka dari itu, sebagai seorang pemuda, orang tua, pendidik, atau peran apapun itu, harus mampu mengambil sikap yang baik terhadap apa yang disaksikan dan didengarnya. Bisa menerima hal baik dan membuang segala hal yang buruk dalam setiap tontonan yang disaksikannya.
SUMBER
Fitri, Mahyuni & Sudirman. (2019). SKEMATA WACANA HUMOR STAND UP COMEDY INDONESIA. Lingua. 16(1). 65–67
Melik, Sayuti. (2016). EFEK TAYANGAN STAND UP COMEDY METRO TV TERHADAP PRILAKU PENONTON USIA MUDA DI LOA JANAN KUTAI KARTANEGARA. E-Journal Ilmu Komuniasi. 4(3). 483–494
Pro, Supriyadi. (2012). Sejarah Stand Up Comedy Masuk di Indonesia. https://www.sejarah-negara.com/sejarah-stand-up-comedy-masuk-di/ 14 November 2021
Praisra, Hartifiany. (2018). Sejarah Stand Up Comedy Masuk Indonesia. https://www.republika.co.id/berita/p2n18f282/sejarah-stand-up-comedy-masuk-indonesia 14 November 2021
Siswanto, Angger. (2017). Representasi Indonesia dalam Stand Up Comedy (Analisis Wacana Kritis Norman Fairclough dalam Pertunjukan Spesial Pandji Pragiwaksono “Mesakke Bangsaku”). KANAL (JURNAL ILMU KOMUNIKASI). 5(2). 121–130
Utami, Indah Ita. (2018). STRATEGI HUMOR PADA ACARA STAND UP COMEDY. Adabiyyāt: Jurnal Bahasa dan Sastra. 2(2). 219–245